Sekilas beberapa kekurangan banyak terjadi pada hasil-hasil desain awal pada perancangan arsitektur 5 ini. Faktor yang banyak saya amati adalah tentang etos kedisiplinan dari para mahasiswa dalam mengerjakan sebuah proses perancangan. Perancangan arsitektur pada umumnya merupakan proses yang memakan waktu lama. Hal tersebut dikarenakan perancangan arsitektur merupakan sebuah proses panjang yang dimulai dengan memahami karakteristik obyek rancangan yang menyangkut perilaku dan kebutuhan standar dari sebuah aktifitas manusia.
Seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya, bahwa perlu ada persiapan untuk perancangan dengan tautan budaya ini (budaya tautan, karakteristik fungsi aktifitas obyek rancangan, site lokasi perancangan). Tautan budaya disini dimaksudkan agar terjadi simbiosis antara elemen arsitektural dari arsitektur nusantara dengan arsitektur subyektif yang diinginkan peserta perancangan. Tautan budaya diharapkan menjadi inspirasi terhadap pengolahan ruang-ruang dengan nafas baru dari hasil rancangan para peserta perancangan.
Waktu pengerjaan yang sempit sering menjadi alasan para mahasiswa dalam mengerjakan perancangan. Hal tersebut tidak perlu terjadi ketika para mahasiswa yang melakukan perancangan melakukan manajemen waktu yang tepat. Manajemen waktu yang tepat adalah yang sesuai dengan karakteristik kebiasaan masing –masing perancang dalam melakukan proses perancangan arsitektur. Setiap perancang mempunyai kebiasaan dalam membagi masing-masing pekerjaan perancangan. Seorang mahasiswa ada yang terbiasa mengerjakan pada malam hari diatas jam 12 malam, mahasiswa lainnya sangat senang dengan cara melakukan pekerjaan perancangan dengan “mencicil” dalam rentang waktu setiap 3-4 jam secara rutin. Teknik-pengerjaan sangat tergantung pada “habit” masing-masing.
Perancangan tidak memuaskan ketika dikerjakan dalam rentang waktu yang sangat pendek. Sering mahasiswa melakukan perancangan pengumpulan tugas dilakukan dengan sistem kebut semalam. Hal ini sangat tidak dianjurkan !!!!...........sekali lagi perancangan merupakan proses...!!!!!........
Manajemen waktu yang baik akan menentukan kesuksesan sebuah perancangan dengan hasil yang memuaskan sesuai dengan target dan tujuan.
Kurang Memahami Tautan Budaya yang dirujuk
Sebagian besar mahasiswa tidak mempersiapkan dengan baik tentang materi dari budaya tautan yang dirujuk. Jika seorang perancang ingin melakukan perancangan dengan tautan budaya, dia harus memahami apa saja yang menjadi seluk beluk dari arsitektur nusantara yang menjadi tautan. Jika kita ingin memanfaatkan arsitektur Toraja sebagai tautan arsitekturnya, maka secara konsisten kita harus memahammi seluk beluk dari arsitektur Toraja. Bagaimanakah susunan ruangan, jumlah elemen-elemen penyusunnya, tektonika arsitekturnya, dll. Semua aspek tersebut di tujukan untuk dapat menjadi inspirasi dalam membuat olahan ruang-ruang baru yang sesuai dengan imajinasi perancangnya.
Standar luasan ruang sering menjadi alat utama untuk membuat ruang arsitektur
Kekeliruan kedua yang dilakukan para mahasiswa adalah membuat rancangan dengan menghasilkan rancangan “ruang arsitektur “ didasarkan pada standar luasan ruang. Berapa meter persegi yang tertera dalam standar luasan ruang biasanya menjadi rujukan langsung untuk membuat ruang arsitektur. Standar luasan ruang biasanya dikomunikasikan dengan menggunakan denah susunan ruang. Denah susunan ruang hanya menujukkan konfigurasi sebuah ruangan, bukan memunculkan imajinasi “ruang arsitektur”. Imajinasi ruang arsitektur merupakan perwujudan arstistik dari sebuah ruang tiga dimensi, sehingga ruang tersebut dapat dianggap sebagai ruang nyaman. Dengan mendasarkan pada standar luasan ruang, maka yang didapat hanya konfigurasi luasan ruangan, namun estetika ruang tidak didapatkan........!!!!!
Lokasi site hanya dianggap sebuah bidang gambar kertas. !!!!.
Mahasiswa sering menganggap lokasi site perancangan hanya sebuah tempat datar kosong yang tak mempunyai pengaruh terhadap bangunan yang akan dibuat. Site lokasi yang dipilih menjadi soal biasanya tidak sembarangan saja disodorkan sebagai lokasi perancangan. Pasti sudah melalui beberapa pertimbangan berdasarkan potensi-potensi yang dipunyai. Maka ketika melakukan perancangan terhadap sebuah site lokasi selayaknya yang dilakukan adalah melakukan inventarisasi terhadap kondisi faktual yang dipunyai site lokasi tersebut. Sehingga dapat dilakukan pemanfaatan terhadap kemampuan lokasi perancangan dalam mendukung suksesnya bangunan yang akan dibuat.
Ketika potensinya diketahui maka pengolahan site akan dapat dilakukan secara maksimal......!!!!
Sekali lagi waktu menjadi faktor penting dalam perancangan. Maka kita anda harus sadar kapan perancangan dimulai dan kapan perancangan tersebut harus selesai.!!!!!!
Hru
No comments:
Post a Comment