Monday, October 20, 2008

PLEA dan Arsitektur Bioklimatik (2)

Lokasi sebuah proyek arsitektur dalam skala global mempunyai koordinat tempat yang berbeda-beda diatas permukaan bumi. masing-masing tempat tersebut mempunyai koordinat latitude dan longitude yang unik. Dalam konteks tersebut perbedaan ruang dan waktu pada permukaan bumi juga mengidentikkan dengan kondisi cuaca dan iklim yang berbeda. Lingkungan tempat bangunan berada merupakan parameter yang harus dipertimbangkan dalam menyediakan kenyamanan dalam beraktifitas.

Bangunan sebagai sebuah ruang yang digunakan untuk menyesuaikan kemampuan manusia terhadap kondisi alam, mempunyai tugas melakukan akomodasi antara kebutuhan manusia sebagai pengguna dan alam sebagai tempat tinggal. Dalam batas-batas tertentu alam sangat tidak dapat ditoleransi sehingga perlu sebuah media teknologi yang dapat menjadi penyangga kelangsungan hidup manusia.

Secara umum sumber energi utama alam yang kita terima adalah berasal dari turunan energi matahari yang berproses dan berubah menjadi bentuk-bentuk energi lain. sesuai dengan hukum kekekalan energi, bahwa energi tidak akan hilang begitu saja namun terjadi perubahan bnetuk energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Sebagai ilustrasi saja energi listrik yang kita pakai sehari-hari merupakan hasil dari perjalan panjang energi mekanik turbin dinamo yang diubah menjadi energi listrik. Ataupun energi angin yang memutar kincir dan diteruskan dinamo sebagai pengubah energi mekanik menjadi energi listrik.

Dalam siklus alam semesta energi secara bergantian berpindah dan berubah bentuk dari satu aktifitas ke aktifitas yang lain. Rangkaian proses tersebut mempunyai hukum keseimbangan tertentu. Keseimbangandi alam merupakan harmoni yang luar biasa.

Setiap permukaan bumi mempunyai kondisi cuaca dan iklim yang berbeda-beda, sehingga respon dari sebuah bangunan di masing-masing tempat tersebut juga berbeda. Perhatikan respon dari bangunan yang berada di daerah kutub dan daerah tropis. Masyarakat didaerah tropis pun berbeda dalam membuat hunian dari masyarakat daerah sub-tropis.

Perbedaan tersebut jika diperhatikan identik dengan posisi lokasi dari sumber energi terbesar bumi yaitu sinar matahari. Setiap perbedaan koordinat mengakibatkan perbedaan musim dan cuaca. Sehingga masing-masing tempat juga mempunyai karakteristik data iklim yang berbeda. Dalam makalah The Thermal Design of Buildings (Szokolay, RAIA Press 1987) ditunjukkan dengan mengetahui data iklimsecara menyeluruh dalam tiap jam kita mempunyai kemungkinan untuk melakukan tes secara obyektif terhadap penentuan potensi kegunaan strategi desain dari konsep passive and low energy bildings terhadap kenyamanan okupansi. Strategi ini merupakan langkah yang sangat masuk akal dalam menggunakan data iklim sebagai bagian dari proses perancangan bangunan.

Beberapa usaha yang dilakukan oleh beberapa perancang bangunan untuk menyesuaikan kemampuan alam dan teknologi dalam menyediakan fasilitas hunian, merupakan langkah-langkah yang bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan alam. Rancangan-rancangan tersebut mempertimbangkan siklus biologis dari alam. Sehingga dalam opreasional tidak memberikan dapak kerusakan terhadap siklus alam.

Dengan merebaknya global warming maka sepatutnyalah komunitas arsitektur sebagai salah satu penentu lingkungan binaan memberikan kontribusi yang lebih tegas. (kajian-pustaka1-post)

No comments: