Wednesday, November 26, 2008

Perancangan Pasif (Passive Design)

Perancangan kenyamanan termal secara pasif didasarakan pada beberapa prinsip antara lain adalah :

- Orientasi, area lokasi terhadap equator, arah utara untuk wilayah dibagian selatan equator dan arah selatan untuk wilayah dibagian utara equator. Hal tersebut menyangkut sinar matahari yang masuk ke bangunan ketika dibutuhkan dan menghindarinya ketika tidak dibutuhkan.

- Glazing, digunakan untuk menangkap panas jira dibutuhkan didalam ruangan atau pembayangan (shading) dan penghalang sinar matahari untuk menahan panas matahari.

- Thermal Mass, untuk menyimpan panas jika dibutuhkan atau sebagai heat sink jika untuk pendinginan.

- Insulasi, untuk mereduksi kehilangan panas atau panas yang masuk melalui atap, dinding, pintu, jendela dan lantai.

- Ventilasi, untuk memasukkan udara segar dan pendinginan melalui angin.

- Zoning, untuk merencanakan susunan ruang dalam sesuai dengan area pemanasan alami yang terjadi dengan kebutuhan ruangan.

INDIKATOR PERANCANGAN TERMAL

Dalam melakukan perancangan termal pada bangunan terdapat beberapa aspek yang diperhatikan untuk mengevaluasi dan merencanakan kinerja termal sebuah bangunan.

Temperatur Tiap Jam (Hourly Temperature)

Temperatur merupakan satuan indikator yang digunakan sebagai parameter kenyamanan. Temperatur yang masuk dalam kategori nyaman adalah temperatur yang dapat dirasakan tubuh manusia secara nyaman tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin dalam ukuran tubuh manusia.

Temperatur tiap jam dalam bangunan merupakan hasil akhir yang biasanya dapat diukur secara langsung efeknya oleh pengguna ruangan. Temperatur merupakan indikator terjadinya aliran panas kedalam ruangan ataupun keluar ruangan. temperatur yang tinggi menjelaskan banyak aliran panas yang menuju ruangan tersebut dan sebaliknya. Didalam grafik temperatur juga dapat dilihat rentang waktu yang memasuki kondisi nyaman yang sesuai okupansinya.

Selain temperatur dalam bangunan, terdapat temperatur diluar bangunan yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam indikator tingkat adaptasi temperatur bangunan terhadap lingkungan luarnya.

Fluktuasi Panas Tiap Jam ( Hourly Gains dan Losses)

Ketika temperatur mengalami perubahan terjadi perubahan kondisi aliran panas dalam ruangan. Dengan melakukan control terhadap perubahan aliran panas, dapat diketahui bagian-bagian utama menyebabkan perubahan tersebut. Perancangan termal membutuhkan panduan dalam melakukan perubahan yang menyangkut komposisi penyebab panas dalam bangunan atau ruangan. Grafik temperatur tiap jam dan perubahan beban panas yang terjadi dapat dihubungkan untuk mendapatkan perhubungan penyebab kenaikan temperatur ruangan.

Periode Ketidaknyamanan ( Discomfort Period)

Salah satu parameter dalam strategi optimasi umumnya menggunakan nilai periode ketidaknyamanan selama jam okupansi. Periode ketidaknyamanan merupakan akibat dari pengelompokan nilai temperatur yang tidak memasuki kategori temperatur nyaman. Periode ini dapat berupa kondisi overheating atau underheating. Kondisi overheating terjadi jika temperatur yang terjadi pada jam tersebut melewati batas atas dari temperatur nyaman yang disyaratkan. Sebaliknya kondisi underheating merupakan kondisi temperatur berada dibawah batas bawah yang diijinkan.

Beban Pemanasan dan Pendinginan (Heating and Cooling Loads)

Beban pemanasan atau pendinginan terhadap sebuah bangunan merupakan hasil analisa yang menunjukkan berapa derajat (degree hours) yang digunakan untuk menetralkan temperatur ruangan tersebut menuju temperatur nyaman. Kondisi nyaman tersebut berlakuk baik untuk kondisi overheating ataupun underheating. Kinerja degree-hours dalam satu tahun dapat dijadikan parameter untuk melihat pola usaha yang dilakukan dalam mencapai kondisi nyaman.

Distribusi Temperatur (Temperature Distribution)

Distribusi temperatur adalah pola sebaran prosentase nilai temperatur yang sama dalam rentang waktu 24 jam. Dengan mengetahui prosentase temperatur yang memasuki temperatur nyaman, maka kita dapat mengetahui prosentase periode nyaman dalam bangunan tersebut. Comfort period merupakan parameter lain dalam memahami tingkat optimasi dari periode okupansi pengguna.

PENGUMUMAN KULIAH TANGGAL 27 NOPEMBER 2008

SEHUBUNGAN DENGAN KEGIATAN KHUSUS
KULIAH HARI KAMIS
_________ TANGGAL 27 NOPEMBER 2008
DITUNDA MINGGU DEPAN_____________
MATERI DAPAT DIUNDUH PADA SITUS INI
____________________________________
____________________________________
____________________________________
____________________________________




TTD DOSEN PENGAMPU
HERU SUBIYANTORO ST.,MT.

Insulasi Termal (Thermal Insulation)

Insulasi adalah penggunaan material dengan nilai konduktan rendah untuk mengurangi aliran energi melintas material tersebut. Untuk mereduksi alira energi tersebut material harus mempunyai nilai resistan yang tinggi (nilainya kebalikan dari konduktan).

Secara umum udara merupakan insulator yang bagus untuk menghambat panas, dengan syarat proses konveksi dapat ditekan. Sebagian besar material mempunyai sifat insulasi namun terdapat tiga bagian besar tipe insulation, yaitu :

- Resistive insulation, merupakan menghambat aliran panas dengan mengandalkan nilai resistan pada proses konduksi.

- Reflective insulation, adalah mereduksi aliran radiasi panas.kemampuan material untuk menyerap atau meradiasikan kembali infra-red sangat tergantung dari bentuk dan warnanya. Penyerap paling bagus adalah material dengan warna hitam dan sebaliknya warna putih merupakan paling bagus sifat reflektifnya.

- Capasitive insulation, mempunyai karakteristik yang bermanfaat banyak jika fluktuasi temperatur diantara dua permukaan sangat besar. Sehingga insulasi jenis ini tidak bekerja dalam kondisi steady-state. Metode ini memanfaatkan penundaan aliran panas yang tersimpan dalam material bangunan tersebut (time-lag). Sehingga dapat memindahkan kondisi puncak aliran panas pada waktu yang dibutuhkan.

Meskipun insulasi dapat dibuat dengan menggabungkan beberapa jenis materisl bangunan, namun secara fisik dapat dibagi menjadi 5 jenis, yaitu : blankets, blown-in, loose-fill, rigid foam board, reflective films (Mars dalam htttp//Squ1.org/wiki/material).

Hubungan Bentuk Bangunan dan Pemanasan Ruangan

Bentuk bangunan mempunyai potensi dalam mengendalikan penerimaan panas terhadap permukaan selubung bangunan. Secara teori dengan meminimalkan permukaan yang berhadapan dengan jatuhnya radiasi langsung maka proses hantaran panas yang terjadi secara kuantitas juga menurun. Secara khusus beberapa sumber ilmiah membahas secara analisis mengenai fenomena tersebut. Markus & Morris (1980) mengungkap masalah fenomena Thermal Cube dalam proses optimasi fabric heat loss pada bangunan iklim dingin.
Tujuan dari optimasi bentuk bangunan adalah meminimumkan fabric heat loss.(Morris&Markus, 1980). Dengan analiasis terhadap Fabric loss per degree , dengan asumsi bahwa semua dinding mempunyai U-value yang sama, bangunan tersebut mempunyai denah kotak dan perbedaan pada masing-masing permukaan adalah sama, maka dalam perhitungan menunjukkan bahwa bentuk bentuk “cube” mempunyai rasio ‘surface/volume’ yang paling kecil (Morris&Markus, 1980).






Dalam menerima radiasi, bangunan mempunyai 3 (tiga ) elemen pokok yaitu dinding, jendela, dan atap. Bidang-bidang yang menerima radiasi dalam suatu bentuk bangunan ada 5 (lima) bagian ( 4 merupakan bagian dinding dan 1 bagian atap). Bagian-bagian tersebut yang mempengaruhi dan menyebabkan rasio minimum dari surface/volume seperti terlihat dalam tabel.






Olgyay (1992) melakukan studi tentang bentuk optimum dengan membandingkan rasio bentuk mulai dari 5 : 1 , 4 : 1, 3 : 1, 2 : 1, 1 : 1, 1 : 2, 1 : 3, 1 : 4, 1 : 5, dengan parameter ukuran jumlah heat gains dan heat losses dalam beberapa jenis tipe iklim. Dari riset tersebut dihasilkan garis optimal terhadap masing-masing tipe iklim dalam masalah rasio bentuk bangunan. Dari observasi yang dilakukan tersebut didapat sebuah gambaran sebagai berikut :
1. Bentuk kotak tidak selalu optimal terhadap semua tempat atau lokasi
2. Semua bentuk yang diperpanjang pada sisi Utara-Selatan , selama musim dingin atau panas kurang efisien daripada bentuk kotak.
3. Kondisi optimum dalam setiap kasus dicapai dengan memanjangkan pada sumbu arah Timur-Barat.
Khusus untuk daerah Hot-Humid digambarkan pencapaian kondisi optimum dicapai dengan membentangkan rasio bentuk memanjang kearah Timur –Barat dengan nilai perbandingan 1 : 1,7. Hal tersebut yang paling mendekati dengan kenyataan dilapangan (untuk bangunan pendidikan tinggi) adalah rasio 1 : 3 dan 1 : 4 . kondisi optimum tersebut diatas dicapai dengan arah hadap yang tegak lurus atau satu sumbu dengan arah mata angin. Terdapat potensi masalah yang berbeda jika orientasi dari bangunan tidak searah sumbu Utara-Selatan.
Jika dilihat dari grafik pengamatan observasi Olgyay (1992), semakin panjang rasio kearah Timur-Barat, semakin besar nilai heat losses sedangkan nilai heat gains cenderung stabil. Hal tersebut mengisyaratkan bentuk yang lebih memanjang sebenarnya sangat menguntungkan dari aspek penghilangan panas bangunan. Bagaimanapun hal tersebut perlu dibuktikan dalam riset ini, mengingat observasi tersebut diatas dilakukan bukan pada daerah panas lembab yang mempunyai kondisi lebih spesifik

Thursday, November 20, 2008

SITE PLANNING

SITE PLANNING

Building Location and Siting
Pada waktu lalu lokasi dan tempat sebuah bangunan sangat ditentukan oleh faktor ekonomi, kelayakan dan harga dari tanah tersebut dan jika pada area pinggiran kota aksesibilitas dan daya dukung inrastruktur. Sangat jarang mempertimbangkan masalah “shelter” atau keterlindungan sebuah lokasi.
Saat sekarang mungkin seiring dengan berkembangnya teknologi perpipaan dan jaringan kabel serta transportasi, hal tersebut tidak terlalu masalah. Permasalahan tentang iklim mikro menjadi penting agar konsumdi energi untuk pemanasan ataupun pendinginan jadi lebih murah. Persoalan energi menjadi isu yang sangat penting dalam pertimbangan desain. Seringkali keperluan aspek “shelter” bertolak belakang dengan kebutuhan akan keinginan akan kelayakan pemandangan yang bagus atau berseberangan dengan perencanaan kota.
Kebutuhan akan rancangan yang mempunyai karakteristik berkelanjutan mempersyaratkan implikasi terhadap masalah transportasi pada lokasi. Dan isu tersebut mengangkat masalah desain arsitektur bioklimatik yang sangat sensitif dengan urursan “Physical Characteristics” dari sebuah site; mengenai arah angin dan sinar matahari, kelayakan dari “shelter” (keterlindungan) atau permukaan lahan.

Objectives (sasaran) :
• Menempatkan bangunan untuk mendapatkan manfaat dari kondisi iklim mikro.
• Pertimbangkan terhadap insolasi dan shelter ketika pemanasan ruang dibutuhkan
• Pertimbangkan terhadap aliran udara segar, untuk pendinginan.

Kriteria lainnya
Secara umum kriteria lainnya akan direspon ketika mengerjakan perancangan bangunan. Hal tersebut termasuk masalah view (pemandangan), jenis dari langit, dan elemen kultural dari lingkungannya.

INSOLATION (INSOLASI)
Dengan menggunakan skala tertentu atau model atau pola pembayangan pada lahan, kita dapat menganalisa pembayangan sinar matahari terhadap lahan perancangan. Pembayangan dapat diakibatkan adanya topografi lahan, kondisi eksisting dan bangunan serta vegetasi.
Penataan bangunan dan vegetasi menjadi faktor yang menentukan dalam mengatur akses sinar matahari untuk mendapatkan panas. Dengan menempatkan bangunan yang lebih tinggi berada pada deretan belakan bangunan lebih rendah maka akan memperbesar peluang untuk mendapatkan pemanasan terhadap bangunan.

WIND (ALIRAN ANGIN)
Pertimbangan terhadap aspek ini adalah untuk mendapatkan pembayangan pada situasi panas dan untuk mendapatkan ventilasi uadara segar pada saat pendinginan.
Pada kondisi panas, aliran angin dingin akan meningkatkan proses heat loss sehingga lingkungan jadi lebih terasa dingin. Aliran angin tersebut akan bekerja untuk mendinginkan beberapa permukaan elemen bangunan(dinding, atap, dll) dan juga meningkatkan infiltrasi melalui bukaan bangunan. Tanaman sebagai pelindung (shelter) mempunyai fungsi untuk pembayangan terhadap bangunan. Namun hal tersebut dapat menjadi masalah untuk proses aliran angin menuju bangunan. Terlalu banyak dan padat tanaman yang melindungi bangunan juga akan mengurarngi infiltrasi menuju bangunan. Di negara-negara Eropa penempatan tanaman mempunyai aturan tertentu agar terjaga dari aspek lingkungan dan kepentingan untuk kesehatan bangunan tersebut. Desain juga harus mempertimbangkan terhadap arah datang aliran angin beserta jarak antar bangunan dan tanaman sendiri.
Pada kondisi pendinginan, sangat penting untuk mengatur arah lairan angin dengan menggunakan susunan tanaman yang terdapat disekitarnya dan juga melalui topografi atau permukaan tanah.

COOLING (PENDINGINAN)
Kebutuhan terhadap proses pendinginan pada bagian belahan Utara dan Selatan berbeda. Di negara Eropa khususnya, bagian utara rata-rata tak terlalu banyak membuthkan penganan yang spesifik terhadap masalah pendinginan. Namun pada bagian Selatan menuntut penggunaan bahan yang ringan, termal inersia bangunan rendah, penggunaaan vegetasi, topografi, natural ventilasi, reduksi terhadap insolasi pada saat kondisi dingin.
Di bagian Selatan orientasi Barat dihindari. Sangat sulit untuk membuat pembayangan sebab altitude rendah saatsore hari dan temperatur yang sangat tinggi pada siang hari.

PERPINDAHAN PANAS

Kondisi termal bangunan merupakan faktor–faktor yang merupakan karakteristik dari aspek-aspek susunan bangunan yang berhubungan dengan persoalan termal. Secara sistematik kondisi termal bangunan menyangkut pertama, segala sesuatu yang berhubungan dengan bagaimana proses keseimbangan termal tersebut berjalan dalam status kondisi tertentu. Selain hal tersebut proses penghantaran dan kelakuan panas yang terjadi juga merupakan persoalan-persoalan dasar yang harus dipahami secara menyeluruh.
Sistem termal (thermal system) dalam bangunan dapat dijelaskan bahwa selalu terjadi keseimbangan termal antara dalam bangunan dan luar bangunan. Untuk mencapai kondisi nyaman, maka kondisi termal dalam bangunan harus seimbang (Szokolay, 1980).

Qi + Qs ± Qv ± Qc ± Qm – Qe = 0
Dimana :
Qi : Internal Heat Gain Panas yang timbul dari dalam ruangan (dari tubuh manusia , artificial lighting, alat-alat elektronik)
Qs : Solar Heat Gain Panas yang masuk akibat radiasi matahari
Qc : Conduction Heat Panas akibat konveksi dan konduksi/transmisi
Qv :Ventilation Heat Panas akibat aliran udara ventilasi
Qe : Evaporation Cooling Pendinginan evaporatif
Qm : Mechanical Heating Untuk active control

Kemampuan bangunan dalam memberikan respon terhadap lingkungan termal terkait erat dengan performa elemen-elemen pembentuknya. Performa ini berupa desain bentuk, material, susunan ruang dan teknologi konstruksi, serta orientasinya. Menurut Evans (1980) keberhasilan bangunan dalam merespon lingkungan termal secara keseluruhan terkait dengan aspek-aspek pembentuk kinerja termal, yaitu antara lain desain atap, plafon, lantai, serta building envelopes (dinding luar/ exterior wall, jendela/ bukaan pencahayaan, ventilasi / bukaan udara). Pada prinsipnya, kenyamanan termal suatu bangunan dapat dicapai bila aliran panas (heat flow) dari ruang luar (outdoor environment) dan ruang dalam (indoor environment) atau sebaliknya dapat diminimalkan.Terdapat 4 (empat ) cara terjadinya heat flow dalam bangunan, yaitu (1) Conduction; melalui selubung bangunan dan partisi interior, (2) Convection; melalui infiltrasi udara lewat celah-celah atau bukaan pada selubung bangunan,(3) Radiation; disebabkan oleh radiasi panas matahari yang masuk ke dalam bangunan
Dalam bangunan didaerah tropis perpindahan panas ini sangat besar kemungkinan terjadi dari luar menuju kedalam bangunan. Hal tersebut sumber panas yang cukup besar sehingga aliran panas secara alami terjadi keseimbangan menuju kedalam bangunan.

STRATEGI PERANCANGAN IKLIM TROPIS LEMBAB

Iklim mempunyai dampak yang kuat terhadap pembentukan sebuah rancangan bangunan. Iklim sebuah wilayah akan mempengaruhi respon dalam membentuk kenyamanan beraktifitas pengguna. Respon rancangan dari masing-masing iklim membentuk tipologi bentuk yang secara umum dikenal dengan arsitektur lokal.

Karakteristik iklim tropis lembab mempunyai derajat kelembaban dan curah hujan yang tinggi. Dampak dari kondisi tersebut adalah banyak terdapat bukaan dan naungan berupa sosoran. Sepanjang tahun mempunyai temperatur rata-rata yang tinggi, sehingga memepengaruhi bangunan mempunyai bukaan yang mempertimbangkan aliran udara. Kondisi tersebut berhubungan dengan diurnal yang rendah sekitar 8 derajat Celsius, akibat variasi temperatur yang rendah. Radiasi matahari bervariasi dengan kondisi sering berawan.

Tujuan dari perancangan di daerah tropis lembab adalah mereduksi temperatur internal, memaksimalkan ventilasi untuk efektifitas evaporasi, proteksi terhadap sinar matahari, hujan dan serangga. Beberapa strategi yang dapat dikembangkan dalam iklim tropis lembab antara lain :

- Temperatur dalam ruangan diusahakan tidak lebih tinggi dari temperatur luar. Potensi terbesar adalah dengan memaksimalkan shading.

- Memperbesar volume ventilasi untuk menghilangkan panas dalam ruangan

- Menjaga Mean Radiant Temperature serendah mungkin dengan reflective roof, separate ceiling, ventilated attic, low emissive roof material, reflective foil above ceiling, insulated ceiling.

- Bangunan diusahakan mempunyai bahan lightweight untuk mempercepat pendinginan dimalam hari.

- Elevasi timur dan barat dihindari sebesar mungkin. Dinding bersifat reflektif dan mempunyai insulasi yang baik.

- Orientasi utara dan Selatan diusahakan mempunyai bukaan besar untuk ventilasi. Ruangan didalam bangunan diusahakan agar mendorong terjadinya cross-ventilation.

- Bukaan dibuat untuk proteksi terhadap matahari, hujan, serangga.

- Terdapat ruang-ruang yang dapat mengoptimalkan masuknya udara segar. Orientasi bangunan sebaiknya mempertimbangkan adanya aliran udara dingin yang masuk bangunan.

- Konflik antara orientasi yang mempertimbangkan radiasi marahari dan aliran udara sebaiknya diselesaikan dengan melakukan kontrol terhadap radiasi matahari, dengan membuat rancangan yang memodifikasi antara aspek bangunan dan lansekap untuk mengarahkan aliran udara segar.

- Untuk bangunan tunggal sebaiknya lebih banyak mempertimbangkan aliran udara segar.

PETA TERMAL BANGUNAN

IKLIM HUTAN HUJAN TROPIS (LEIPSMEIR)

Iklim tropis hangat lembab mempunyai karateristik khusus mengenai lingungan dan dampaknya terhadap bangunan. Bangunan pada tropis hangat lembab mempunyai tipologi yang khas.

Keputusan tentang pemakaian material bangunan banyak didominasi pada sistim tektonika bangunan. Sebagian besar pada daerah tropis menggunakan blok beton dan batu bata (Stagno dalam Tzonis dkk, 2001). Dalam kenyataannya blok beton dan batu bata merupakan bahan yang mempunyai potensi paling memungkinkan dari pertimbangan teknis dan non teknis. Secara teknis bahan tersebut merupakan bahan insulasi yang baik, ketahanan terhadap cuaca, mudah dalam perawatan (Stagno dalam Tzonis dkk, 2001).

Dalam bangunan tropis keberadaan bukaan yang cukup lebar (jendela) tidak hanya menunjukaan adanya kemampuan arstistik bangunan, namun juga merupakan teknik untuk menyederhanakan struktur bangunan. Pengaruh lain dari bukaan yang besar tersebut adalah terjadinya proses pendinginan evaporasi dan penghapusan panas dalam ruangan (Willkomm dalam Krishan dkk, 2001). Kondisi bukaan tersebut ditentukan orientasi bangunan terhadap kedatangan arah angin.

Tipologi bangunan tropis sangat ditentukan oleh kondisi karakteristik iklimnya. Meskipun temperatur daerah tropis tidak setinggi daerah panas kering, namun temperatur pada malam hari seringkali tidak nyaman. Temperatur diurnal mempunyai variasi yang rendah dan kelembaban sangat tinggi sehingga penguapan pada permukaan kulit sangat terbatas. Pendinginan evaporasi tidak efektif (Marsh dalam http//.Squ1.org/wiki/evaporative_cooling, 2008).

IKLIM MIKRO

Lokasi Kota Surabaya yang terletak pada 7,21 º LS (-7,21) dengan ketinggian dari permukaan laut ± 6 meter. Data pengamatan didasarkan pada stasiun pengukuran dari Badan Meteorologi dan Geofísika (BMG) Juanda.
Kondisi iklim mikro ini meliputi data tentang temperatur udara maksimum dan minimum, tingkat kelembaban maksimum dan minimum, jumlah hari hujan beserta curah hujan (mm), lama penyinaran (sunshine duration), kecepatan angin dan kecenderungan arah, dan besarnya radiasi matahari (global irradiance). Kondisi temperatur maksimum dan minimum menjadi faktor penting dalam pengukuran. Dimana dicapai toleransi puncak terhadap masalah kenyamanan termal.
Dari data tersebut diketahui temperatur rata-rata bulan terpanas pada bulan Oktober dan terdingin pada bulan Juli. Data temperatur ini sangat penting karena akan mempengaruhi perhitungan termal dalam bangunan sebagai variabel temperatur outdoor. Sedangkan sunshine duration dan besarnya global irradiance menjadi aspek yang paling penting dalam perhitungan jumlah radiasi yang masuk pada bangunan dan mempengaruhi temperatur dalam bangunan.

IKLIM MAKRO

Iklim tropis berlaku didaerah antara lintang 230 27’ LU dan 230 27’ LS. Pada garis lintang Utara 230 27’ LU, matahari berada pada posisi tegak lurus dengan bumi pada tanggal 22 Juni. Sedangkan garis Lintang Selatan 230 27’ LS, matahari berada pada posisi tegak lurus dengan bumi pada tanggal 22 Desember. Disebelah utara dan selatan garis balik ini matahari tidak dapat lagi mencapai posisi tegak lurus dengan bumi. Secara garis besar’tropis’ dapat didefinisikan sebagai daerah yang terletak diantara garis isoterm 200 C di belahan bumi utara dan selatan (Lippsmeier, 1980).

Daerah tropis dibagi menjadi 2 bagian, yaitu (1) Daerah Hangat- Lembab (Warm-Humid Zones) kurang lebih terletak antara 150 LU dan 150 LS, dan (2) Daerah Panas-Kering (Hot-Dry Zones) terletak antara 300 LU dan 300 LS. Menurut Lippsmeier (1980), daerah yang pertama yaitu daerah hangat–lembab (warm-humid) ditandai dengan kondisi kelembaban yang tinggi (>90%), curah hujan tinggi, serta temperatur rata-rata tahunan diatas 180 C (biasanya sekitar 230 C). Perbedaan musim hampir tidak ada dan fluktuasi temperatur tahunan sangat kecil. Oleh karena itu, pada daerah hangat-lembab, pengamatan ditekankan pada fluktuasi iklim harian. Klasifikasi kedua adalah iklim panas-kering (hot-dry), ditandai dengan kondisi kelembaban absolut <25>500 C), disertai dengan radiasi matahari yang tinggi. Perbedaan musim panas dan musim dingin sangat besar, hujan sedikit dengan perbedaan temperatur siang-malam dalam musim dingin mencapai >200 C.

Didaerah warm-humid climate dibedakan atas dua daerah sekunder, yaitu (a) daerah hutan hujan tropis dan (b) daerah musim dan savana lembab. Wilayah Indonesia , yang terletak antara garis lintang 60 8’ LU dan 110 15’ LS termasuk dalam klasifikasi iklim tropika basah (warm-humid climate) dengan iklim sekunder daerah hutan hujan tropis (tropical rain forest).

Wednesday, November 12, 2008

DESAIN PENDINGINAN

Surfaces (permukaan)
Gunakan permukaan dengan memperbanyak rumput, sehingga permukaan lebih dingin dengan adanya proses transpirasi. Dari pada permukaan yang keras biasanya lebih menimbulkan panas permukaan. Jika terpaksa menggunakan permukaan yang keras usahakan untuk material yang reflektif sehingga menjaga permukaan tetap lebih dingin, meskipun konsekuensinya temperatur udara sekitarnya jadi lebih panas.

Shade (pembayangan)
Gunakan tanaman untuk menghasilkan pembayangan. Tergantung dengan jenis tanaman yang akan digunakan. Tanaman dengan daun yang rindang akan memberikan pembayangan yang baik terhadap bangunan dan seiring dengan itu juga memberikan kesempatan terjadinya pendinginan udara dibawah tanaman tersebut dan mengalir menuju bangunan. Tanaman juga berfungsi sebagai penyaring debu dan polutan uadara lainnya. Penggunaan arcade juga merupakan usaha untuk mendapatkan pembayangan pada arera sirkulasi atau publik umumnya.

Ventilasi (penghawaan)
Kebutuhan terhadap pendinginan didaerah panas biasanya lebih besar dari pada kebutuhan lainnya seperti aliran untuk pemanasan pada musim dingin. Pada daerah tropis kebutuhan akan aliran udara ini jauh lebih terasa keberadaanya. Pada daerah tropis lembab lebih banyak membutuhkan aliran udara untuk mendorong terjadinya penguapan keringat.

Evaporasi (penguapan)
Jika memungkinkan sangat penting untuk membuat ruang yang lebih dingina dari sekitarnya sehingga akan membantu pendinginan pada area lingkungan sekitarnya. Penggunaan yangumum dilakukan yaitu dengan membuat courtyard dengan elemen fountain. Cara kerjanya merupakan dengan mereduksi ambient temperature agar tetap rendah dengan teknik evaporasi. Sama dengan yang terjadi pada tanaman atau vegetasi pada halaman juga bekerja dengan teknik evaporasi melalui daun-daun vegetasi tersebut.

Tuesday, November 11, 2008

KOREKSI AWAL DARI HASIL BEBERAPA KARYA PERANCANGAN ARSITEKTUR 5

Sekilas beberapa kekurangan banyak terjadi pada hasil-hasil desain awal pada perancangan arsitektur 5 ini. Faktor yang banyak saya amati adalah tentang etos kedisiplinan dari para mahasiswa dalam mengerjakan sebuah proses perancangan. Perancangan arsitektur pada umumnya merupakan proses yang memakan waktu lama. Hal tersebut dikarenakan perancangan arsitektur merupakan sebuah proses panjang yang dimulai dengan memahami karakteristik obyek rancangan yang menyangkut perilaku dan kebutuhan standar dari sebuah aktifitas manusia.
Seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya, bahwa perlu ada persiapan untuk perancangan dengan tautan budaya ini (budaya tautan, karakteristik fungsi aktifitas obyek rancangan, site lokasi perancangan). Tautan budaya disini dimaksudkan agar terjadi simbiosis antara elemen arsitektural dari arsitektur nusantara dengan arsitektur subyektif yang diinginkan peserta perancangan. Tautan budaya diharapkan menjadi inspirasi terhadap pengolahan ruang-ruang dengan nafas baru dari hasil rancangan para peserta perancangan.
Waktu pengerjaan yang sempit sering menjadi alasan para mahasiswa dalam mengerjakan perancangan. Hal tersebut tidak perlu terjadi ketika para mahasiswa yang melakukan perancangan melakukan manajemen waktu yang tepat. Manajemen waktu yang tepat adalah yang sesuai dengan karakteristik kebiasaan masing –masing perancang dalam melakukan proses perancangan arsitektur. Setiap perancang mempunyai kebiasaan dalam membagi masing-masing pekerjaan perancangan. Seorang mahasiswa ada yang terbiasa mengerjakan pada malam hari diatas jam 12 malam, mahasiswa lainnya sangat senang dengan cara melakukan pekerjaan perancangan dengan “mencicil” dalam rentang waktu setiap 3-4 jam secara rutin. Teknik-pengerjaan sangat tergantung pada “habit” masing-masing.
Perancangan tidak memuaskan ketika dikerjakan dalam rentang waktu yang sangat pendek. Sering mahasiswa melakukan perancangan pengumpulan tugas dilakukan dengan sistem kebut semalam. Hal ini sangat tidak dianjurkan !!!!...........sekali lagi perancangan merupakan proses...!!!!!........
Manajemen waktu yang baik akan menentukan kesuksesan sebuah perancangan dengan hasil yang memuaskan sesuai dengan target dan tujuan.

Kurang Memahami Tautan Budaya yang dirujuk

Sebagian besar mahasiswa tidak mempersiapkan dengan baik tentang materi dari budaya tautan yang dirujuk. Jika seorang perancang ingin melakukan perancangan dengan tautan budaya, dia harus memahami apa saja yang menjadi seluk beluk dari arsitektur nusantara yang menjadi tautan. Jika kita ingin memanfaatkan arsitektur Toraja sebagai tautan arsitekturnya, maka secara konsisten kita harus memahammi seluk beluk dari arsitektur Toraja. Bagaimanakah susunan ruangan, jumlah elemen-elemen penyusunnya, tektonika arsitekturnya, dll. Semua aspek tersebut di tujukan untuk dapat menjadi inspirasi dalam membuat olahan ruang-ruang baru yang sesuai dengan imajinasi perancangnya.

Standar luasan ruang sering menjadi alat utama untuk membuat ruang arsitektur
Kekeliruan kedua yang dilakukan para mahasiswa adalah membuat rancangan dengan menghasilkan rancangan “ruang arsitektur “ didasarkan pada standar luasan ruang. Berapa meter persegi yang tertera dalam standar luasan ruang biasanya menjadi rujukan langsung untuk membuat ruang arsitektur. Standar luasan ruang biasanya dikomunikasikan dengan menggunakan denah susunan ruang. Denah susunan ruang hanya menujukkan konfigurasi sebuah ruangan, bukan memunculkan imajinasi “ruang arsitektur”. Imajinasi ruang arsitektur merupakan perwujudan arstistik dari sebuah ruang tiga dimensi, sehingga ruang tersebut dapat dianggap sebagai ruang nyaman. Dengan mendasarkan pada standar luasan ruang, maka yang didapat hanya konfigurasi luasan ruangan, namun estetika ruang tidak didapatkan........!!!!!

Lokasi site hanya dianggap sebuah bidang gambar kertas. !!!!.
Mahasiswa sering menganggap lokasi site perancangan hanya sebuah tempat datar kosong yang tak mempunyai pengaruh terhadap bangunan yang akan dibuat. Site lokasi yang dipilih menjadi soal biasanya tidak sembarangan saja disodorkan sebagai lokasi perancangan. Pasti sudah melalui beberapa pertimbangan berdasarkan potensi-potensi yang dipunyai. Maka ketika melakukan perancangan terhadap sebuah site lokasi selayaknya yang dilakukan adalah melakukan inventarisasi terhadap kondisi faktual yang dipunyai site lokasi tersebut. Sehingga dapat dilakukan pemanfaatan terhadap kemampuan lokasi perancangan dalam mendukung suksesnya bangunan yang akan dibuat.
Ketika potensinya diketahui maka pengolahan site akan dapat dilakukan secara maksimal......!!!!

Sekali lagi waktu menjadi faktor penting dalam perancangan. Maka kita anda harus sadar kapan perancangan dimulai dan kapan perancangan tersebut harus selesai.!!!!!!


Hru

Thursday, November 06, 2008

UJIAN TEKNIK KOMUNIKASI ARSITEKTUR 1 (SELESAI)

Ujian Mata Kuliah
Teknik Komunikasi Arsitektur
Pemberitahuan Tugas : Jumat, Tgl. 30 Oktober 2008
Tes Tempo Cepat : Jumat, Tgl. 7 Nopember 2008
Sifat : Tugas Rumah
Dosen : Heru Subiyantoro, ST., MT.



SKETSA HITAM PUTIH SURABAYA

Dalam tugas untuk Ujian Tengah Semester ini anda diwajibkan menggambrakn sketsa sebuah kondisi lingkungan nyata. Sketsa dapat dilakukan dengan sketsa langsung ditempat pengambilan gambar atau dengan merekam terlebih dahulu dalam sebuah potret melalui kamera.
Teknik sketsa dengan tangan bebas , tanpa penggaris. Tujuan dari tugas ini adalah melatih kepekaan tangan bebas sehingga dapat melakukan penerjemahan rancangan kedalam media grafis secara langsung. Alat yang digunakan adalah pensil hitam, yang mempunyai kategori 2B , 3B, 4B, keatas.
Selain tugas dengan tempo lama juga akan dilakukan tes tempo cepat. Fungsi tugas tempo cepat ini untuk mengukur kecepatan melakukan sketsa dan melakukan validasi terhadap coretan sketsa peserta ujian.
Obyek yang diambil adalah sekitar monumen Tugu Pahlawan Surabaya dan sekitar jalan Basuki Rahmat atau Tunjungan Plaza. Obyek obyek seperti bioskop, bank dan kantor pos merupakan obyek yang bagus untuk di gambar.

PENGUMPULAN TUGAS : HARI JUMAT (JADUAL TEKNIK KOMUNIKASI ARSITEKTUR) 30 OKTOBER 2008 JAM 10.00 -11.00 WIB. SEDANGKAN TES TEMPO CEPAT DILAKUKAN SESUAI JADUAL TEKOMARS 1 JUMAT 7 NOPEMBER 2008.

UJIAN Std. PERANCANGAN ARSITEKTUR 5 (SELESAI)

Ujian Mata Kuliah

Std. PERANCANGAN ARSITEKTUR 5

Pemberitahuan Tugas : Rabu , Tgl. 28 Oktober 2008

Pengumpulan Tugas : Rabu , Tgl. 5 Nopember 2008

Sifat : Tugas Rumah

Dosen : Ir. Salatoen, MT. & Heru Subiyantoro, ST., MT.

DESAIN AWAL MUSEUM & GALERI

Bagi peserta ujian tengah semester studio perancangan arsitektur 5, dilakukan pengumpulan tugas dari desain awal rancangan museum & galeri. Materi yang dikumpulkan antara lain adalah gubahan bentuk, blok plan dan zonasi, denah , tampak, perspektif interior dan eksterior.

Teknik yang digunakan bebas sesuai dengan kemampuan dan keinginan masing-masing. Dengan menggunakan sketsa manual ataupun komputer.

Tujuan dari ujian ini adalah mengetahui perkembangan desain museum & galeri tahap awal. Semua mawahasiswa peserta SPA 5 wajib mengikuti ujian ini.

PENGUMPULAN TUGAS : HARI RABU (JADUAL SPA 5) 5 NOPEMBER 2008 JAM 10.00 -12.00 WIB.

Monday, November 03, 2008

PENGUMUMAN UJIAN SPA 5 (SELESAI)

SEHUBUNGAN DENGAN INSTRUKSI HARI LIBUR HARI SELASA, 4 NOPEMBER 2008, DIKARENAKAN KEGIATAN PILIHAN GUBERNUR, MAKA UJIAN SPA 5 DILAKUKAN DENGAN MENGUMPULKAN PEKERJAAN YANG TELAH DITENTUKAN DENGAN MENGGUNAKAN KERTAS SENDIRI PADA HARI RABU, 5 NOPEMBER 2008 JAM 10.00-10.30 WIB.
SEMUA BERKAS YANG DIKUMPULKAN AKAN DIJADIKAN DOKUMEN UJIAN TENGAH SEMESTER DAN AKAN DISTEMPEL OLEH PETUGAS ATAU DOSEN YANG BERSANGKUTAN.
PENGUMPULAN DILAKUKAN LANGSUNG DI RUANGAN DOSEN (RUANG PENGAMBILAN ABSEN). MAHASISWA DIWAJIBKAN MENGISI ABSENSI. DILARANG MENGUMPULKAN DILUAR JAM TERSEBUT.



DOSEN MK SPA 5
HERU SUBIYANTORO, ST., MT.

Saturday, November 01, 2008

UJIAN ARSITEKTUR TROPIS (SELESAI)

Ujian Mata Kuliah

A r s i t e k t u r T r o p i s

Pemberitahuan Tugas : Kamis, Tgl. 30 Oktober 2008

Pengumpulan Tugas : Kamis, Tgl. 6 Nopember 2008

Sifat : Tugas Rumah

Dosen : Heru Subiyantoro, ST., MT.


Dalam ujian ini anda diwajibkan untuk membuat sebuah makalah (tullisan ilmiah) yang didasarkan pada tematik :

“Arsitektur Bioklimatik pada pendekatan arsitektur tradisional”

Makalah yang anda buat merupakan paparan ilmiah yang menyangkut arsitektur bioklimatik, bagaimana sebuah arsitektur bioklimatik bekerja dengan karakteristiknya. Arsitektur bioklimatik merupakan salah satu isu yang sedang dikembangkan bersamaan dengan kondisi faktual saat ini.

Terdapat banyak teladan dalam arsitektur tradisional yang mendasarkan pada kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya. Arsitektur tradisional merupakan aset keilmuan yang sangat berharga. Sudah selayaknya kita dapat memahami secara mendalam keunggulan-keunggulan yang dapat kita terapkan dalam proses perancangan moderen.

Makalah yang anda kerjakan harus dapat menjelaskan beberapa pertanyaan berikut ini :

  1. Apakah dan bagaimanakah arsitektur bioklimatik ?
  2. Bagaimanakah aplikasi arsitektur bioklimatik dalam perancangan arsitektur ?
  3. Bagaimanakah konsep arsitektur biopklimatik dalam arsitektur nusantara ?
  4. Bagaimanakah konteks arsitektur nusantara dalam pengembangan arsitektur bioklimatik saat ini ?
  5. Sejauh mana pendekatan arsitektur nusantara dalam perancangan arsitektur bioklimatik ?
  6. Simpulan pendekatan arsitektur nusantara dalam arsitektur bioklimatik

Penulisan makalah ilmiah ini harus menggunakan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam ketentuan teknis berikut ini.

Ketentuan teknis makalah :

  1. Makalah ditulis dalam kertas A4 dengan batas kiri 4 cm, batas atas 3,5 cm, batas kanan dan bawah 3 cm.
  2. Judul makalah menggunakan huruf Times New Roman font 14 pt. selain judul Times New Roman font 12 pt.
  3. Menggunakan spasi 1.5 , dengan jumlah 5 halaman.(diluar foto)
  4. Cantumkan daftar Pustaka di halaman belakang.
  5. Cantumkan nama pada bagian footer dengan besar huruf 10 pt


PENGUMPULAN TUGAS : HARI KAMIS (JADUAL ARSITEKTUR TROPIS) 6 NOPEMBER 2008 JAM 10.00 -10.30 WIB. MAHASISWA YANG TERLAMBAT (DILUAR JAM PENGUMPULAN) TIDAK AKAN DITERIMA.